Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sikembar LENA DAN LENI, Miskin Bukan Hambatan- Kini jadi Atlit Nasional (Takraw)

Siapa sih Sosok Gadis Kembar yang mengharumkan Indonesia di Ajang Asian Games 2018 ? Sebut saja langsung- Akrab disapa dengan panggilan Lena dan Leni,  saudara kembar yang lahir di Indramayu, Jawa Barat, 7 Juni 1989.


Si Kembar ini Merupakan Atlet Sepak Bola Takraw yang patut kita banggakan atas prestasi prestasi mereka. Sebelum Sukses di ajang Besar Pesta Olah Raga Asia tahun ini, Mereka sudah memberikan banyak medali di asian games sebelumnya.

Gadis dengan Wajah Sama ini pernah menyumbang dua perunggu bagi Indonesi pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, tiga emas PON 2016, satu emas king’s cup 2016 di Thailand, dan satu satu perak SEA Games 2017 di Malaysia.

Keberhasilan Kembar cantik ini tidak didapat dari Proses yang mudah, Tentu sebelumnya banyak lika liku bagi mereka.

Latar belakang Atlet kembar ini sangat  menarik, Benar benar dari nol serta bukan berasal dari keluarga mampu.


Lena Leni Atlet Sepak Bola Takrow Sempat Jadi Pemulung

Perjuangan mereka memang patut di contoh, alasan ekonomi tidak menjadikan tekad si kembar untuk menggapai mimpinya.

Faktor ekonomi juga jadi motivasi mereka menerjuni sepak takraw sejak 2006. Mereka kerap kesulitan memenuhi kebutuhan alat latihan, seperti sepatu. Kebetulan tetangga mereka ada yang jadi penampung rongsokan. "Yang nggak kejual biasanya dibuang di pinggir sungai, jadi (sepatu itu) kita ambil buat sekolah, buat latihan,"

Tidak hanya itu, Si kembar ini punya cara tersendiri dalam mencari uang tambahan, “Kami pun bekerja mencuci piring saat SMP di kantin sekolah, demi uang saku,”. ujarnya.

Atlet Sepak Bola Takrow Sempat Jadi Pemulung
Leni bersama Presinde : Photo Instagram
Tekad dan kesempatan yang mereka miliki benar-benar digunakan dengan baik. dan memang membuahkan hasil yang baik untuk negara ini.

Motivasi dari si kembar:
“Kehidupan ini keras.. Saudara.. Tapi jangan gampang menyerah dengan keadaan. Allah tidak akan merubah jika kita tidak merubahnya sendiri. Semua butuh proses.,Perjuangan dan Doa. Aku bukan siapa2.. Cuma Orang kecil.. Yakinlah Allah akan memberi jalan kepada hambanya yg mau Berusaha dan Berdoa. Gambaran hidup.. Throwback.. Semoga bisa menjadi rem.. Biar gak bloong.. Berkah dan Selamat. Aamiin,”



Bukan masalah hasil. Tapi proses..
Mulailah dari yg kecil. Karena yg besar itu berawal dari yg kecil.
Jangan pernah takut bermimpi 
Jangan pernah bosan meminta kepada-Nya. Karena Dia lah sebaik baik pemberi.

Atas prestasi mereka untuk Negara ini. Wajar, jika banyak orang yang membicarakan mereka dan ingin mengenal sepak terjang mereka lebih jauh. Termasuk saya

Karena penasaran alias kepo banget,, Cari di internet , karena ingin tau siapa mereka. Saya menemukan tulisan yang menarik.

Akhirnya saya baca hingga selesai. Dan Sangat menarik.

Supaya jadi motivasi saya sendiri dan tidak lupa, dan juga anda bisa membaca sendiri. saya ambil dan di muat disini. lengkap sesuai aslinya.



LENA DAN LENI TAK PUTUS NYALI....

Indramayu
Pak Surtina dan Bu Toniah nyaris habis harapan. Kehidupannya sebagai buruh tani tak juga membuat kesejahteraan keluarganya membaik dari hari ke hari. Ia menggarap sawah tapi bukan miliknya, sawah panen bukan punyanya.

Kehidupan makin terasa sulit. Anak perempuan kembarnya, Lena dan Leni kelahiran 7 Juni 1989 masih belajar di sekolah dasar. Melanjutkan sekolah sudah tak ada harapan. Menjadi TKI atau buruh migran menjadi satu-satunya alasan Surtina dan Toniah, agar anak-anaknya itu nanti bisa hidup sedikit layak. Seperti tetangga kebanyakan lainnya, kerja di luar negeri, menjadi satu-satunya jalan keluar.

Lena dan Leni tetap ingin melanjutkan sekolah, diam-diam mereka mendaftar sendiri ke SMP di daerahnya. Bocah kembar itu sangat paham konsekuensinya, tiada biaya buatnya.

Bermulalah itu semua. Membantu tetangga menjadi buruh cuci, mencuci piring di kantin agar punya uang saku, setiap saat mereka lakoni. Keras hidup bagi anak-anak ini, tapi tak membuat mereka putus nyali. Agar bisa sekolah. Cuma itu tujuannya.

Setamat SMP, mereka lanjut SMA. Makin terjal saja jalannya. Makin sulit saja keadaannya. Kondisi ekonomi keluarga makin payah. Satu hari mereka melihat pengumuman, beasiswa bagi siswa yang berprestasi untuk sepak takraw. Mereka melihat hanya itu jalan keluar agar bisa terus sekolah, mereka ikut berlatih sepak takraw. Olahraga yang tak pernah mereka tahu. Ngotot keduanya berlatih itu agar bisa dapat beasiswa dan terus sekolah.

Niat keras Lena dan Leni berbuah hasil. Pertandingan antar sekolah dan daerah mulai mereka ikuti, dan juara pula. Beasiswa sudah di tangan. Beasiswa itu hanya membebaskan dari biaya sekolah saja.

Untuk pemenuhan kebutuhan lainnya mereka harus putar otak lagi. Kebetulan tetangganya ada bos pemulung, banyak barang tak terpakai yang dibuang pinggir kali. Mengais-ngais yang bisa dipakai. Sepatu bekas yang sudah tak jelas bentuknya mereka dapatkan dari sana, untuk sekolah dan berlatih sepak takraw. Malu mereka benamkan, gengsi mereka tanggalkan. Tujuannya hanya itu, bisa bersekolah.

Dari keterpaksaan keadaan bermain sepak takraw, berubahlah semua karenanya. Di Indramayu, siapa tak kenal Lena dan Leni, si kembar atlet sepak takraw ini. Namanya makin kondang.

Berbagai kejuaraan mulai mereka ikuti sejak 2006. Setahun saja kemudian, keduanya masuk pelatnas. Prestasinya membanggakan beroleh medali emas King's Cup 2016 di Thailand, 3 emas PON mewakili Jawa Barat, perak di Sea Games, dua perunggu di Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.

Bonus PON pada 2010, buat mendaftarkan keduanya orang tuanya berhaji. Sayang saat Surtina dan Toniah berangkat haji mereka tak bisa mengantarkan karena sedang berlaga di Asian Games di Korea.

Jakarta 2018
Surtina dan Toniah menonton televisi di kampung. Ia melihat kembar kesayangan mereka bertanding. Membawa nama Indonesia. Semua itu tak terbayangkan sebelumnya bagi dua orangtua sederhana ini. Sepeti mimpi saja. Dua anak perempuan kembar yang sulit hidup masa kanak-kanaknya itu, yang mereka lebih tahu dari siapapun, bagaimana bisa dielu-elukan di lapangan sepak takraw begitu meriahnya. Merah Putih pun berkibar-kibar dibelakangnya.

Surtina dan Toniah. Seakan tak percaya, itu dua buah hatinya. Matanya berkaca-kaca menatap layar kaca. Bangga dan haru tiada batasnya.

"Keberhasilan hanya untuk mereka yang mau bersusah payah, dan bernyali menghadapi kehidupan"

Oleh : Dian Andryanto

Sudah bacanya?
Bisakan menyimpulkan sendiri. Kalau saya pribadi , Sangat kagum dengan mereka. Sangat patut jadi motivasi bagi anak-anak jaman sekarang. Tentunya bagi Anak bangsa yang memiliki bakat namun kurang beruntung dari segi ekonomi.

Ditambah lagi, Bukan hanya prestasi yang baik. Si Kembar Juara ini adalah anak yang Taat, bakti pada orang tuanya.

Dari kerja kerasnya, Hingga mencapai prestasi, mereka sudah memberangkat Kedua orang tuanya untuk melakukan ibadah haji.

“Orang tua kami juga sudah naik haji dari hasil kerja keras kami, tentu itu membahagiakan sekali. Semuanya karena ayah,” ujar Leni.

Sudah berprestasi, Berbakti. Wooow
Semoga selalu ada leni lani berikutnya, Untuk bangsa ini, Untuk Indonesia untuk Kita semua.

Posting Komentar untuk "Sikembar LENA DAN LENI, Miskin Bukan Hambatan- Kini jadi Atlit Nasional (Takraw)"